Sunday, October 6, 2019

SEMAR

SIAPAKAH SOSOK SEBENARNYA TOKOH SEMAR DALAM WAYANG KULIT JAWA ISLAM?

Dahulu ketika Wayang Manusia versi Hindu masih eksis dan menjadi tontonan istimewa masyarakat pada zaman Majapahit, sosok Semar ini lebih dikenal 44dengan sebutan Sang Hyang Tunggal, dengan fisik gemuk, pendek, dan berwajah jelek yang diyakini merupakan jelmaan dewa.

Akan tetapi sosok tokoh Semar mulai dikenal ketika Sunan Kalijaga menciptakan kesenian Wayang kulit yang tujuannya untuk berdakwah Islam menarik minat masyarakat Hindu Majapahit pada masa itu.
Tentu tiket masuk setiap pertunjukan Wayang Kulit yang digelar oleh Sunan Kalijaga saat itu adalah mengucap kalimat Syahadat Tauhid, barulah nantinya dipertengahan pertunjukan dijelaskan apa dan bagaimana arti dari kalimat syahadat tauhid tadi kepada para penonton yang baru saja tanpa sadar telah di Islamkan oleh Sunan Kalijaga, tentu cara yang cerdik nan efektif.

Disetiap pertunjukan Wayang Sunan Kalijaga, Semar seolah-olah menjadi tokoh sentral dalam cerita. Seolah-olah tokoh ini diciptakan Sunan Kalijaga sebagai Narator dalam kisah yang dibawakan dalam setiap cerita wayang Sunan Kalijaga, sekalipun ceritanya berbeda-beda, Naratornya tetaplah sosok Semar.

Semar yang berkulit hitam, pendek, tua, dan berbadan besar. Tokoh ini sebenarnya adalah murni ciptaan Sunan Kalijaga walau sepintas mirip Sang Hyang Tunggal dalam kisah pewayangan Hindu, tetapi sebenarnya berbeda.

Jadi siapakah sebenarnya sosok Semar yang menjadi tokoh sentral dalam pewayangan kulit ala Sunan Kalijaga ini?

Dalam berbagai serat babad jawa maupun babad Mataram, sebenarnya sosok Semar ini di ilhami dari seorang tokoh ulama bernama Syaikh Maulana Maghribi, beliau adalah ulama yang berasal dari Maroko. Fisik beliau seperti yang digambarkan pada Semar, berkulit hitam dan berbadan besar.

Satu keistimewaan seorang Syaikh Maulana Maghribi yang merupakan ulama periode awal di Jawa dan juga merupakan Walisongo generasi pertama, yaitu beliau adalah selain ahli tasawuf, beliau juga ulama yang ahli di bidang Ruqyah.
Beliau langsung didatangkan atas permintaan Majapahit dari usulan Syaikh Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik.
Tujuan beliau tentu seperti bidang spesialisnya yaitu Ruqyah, tidak hanya sebatas meruqyah seseorang, tapi juga meruqyah tanah-tanah kosong nan angker yang ditempati banyak makhluk halus hingga akhirnya tempat tersebut bersih dan dapat ditempati sebagai kolonial baru masyarakat.
Bukan tanpa sebab kenapa Syaikh Maulana Maghribi jauh-jauh didatangkan dari Maroko, karena dari kasus-kasus sebelumnya banyak Pandhito Hindu ataupun Bhiksu Budha yang telah ditugaskan untuk mengusir makhluk-makhluk halus ditempat tertentu akan tetapi gagal total.

Maka ada satu keistimewaan paling menonjol dari sosok Semar dalam wayang kulit ala Sunan Kalijaga ini, dalam ceritanya Semar ini adalah sosok tokoh yang sangat ditakuti dan disegani oleh para dewa-dewa Hindu. Mulai Brahmana, Wisnu, Siwa, hingga Bhatara Guru semuanya segan terhadap Semar.

Bagaimana mungkin tokoh yang sosoknya hitam, jelek, pendek, dan badan besar bisa begitu superiornya diantara tokoh-tokoh wayang yang lain? Ya itulah sosok Syaikh Maulana Maghribi sebenarnya.

Sosok ulama yang menumbali tempat-tempat angker sehingga menjadi tempat layak huni bagi masyarakat pada masa itu. Sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh pemuka agama Hindu ataupun Budha pada masa itu.

Dan sosok Semar ini adalah buah kreasi Sunan Kalijaga yang begitu mengagumi sosok Syaikh Maulana Maghribi.

Penamaan Semar ini diambil dari bahasa arab dari kata Simaar/Ismarun yang berarti Paku. Paku secara harfiah disini adalah sosok Syaikh Maulana Maghribi yang bisa mempakukan (menumbali) tanah-tanah di pulau Jawa yang semula angker dan menjadi tempat sesembahan menjadi tempat yang bersih dan layak huni.
Dan secara simbolis Paku dalam kisah pewayangan adalah sosok Nasab dari segala kebijaksanaan dari kebajikan.

Bahkan Semar dalam kisah pewayangan kulit ciptaan Sunan Kalijaga, Semar adalah sosok guru yang mengajarkan kebijaksanaan kepada para Pandawa, menggeser posisi Khrisna.

Jadi inilah asal muasal tokoh Semar dalam pewayangan kulit ciptaan Sunan Kalijaga yang kita kenal hingga saat ini.

Semoga tulisan sejarah ini bermanfaat dan bisa menambah wawasan teman-teman Sejarah Dunia.
Tulisan ini tidak bermaksud memojokan atau menyudutkan pihak maupun agama tertentu, murni semata karena penyampaian Sejarah yang ada dan tidak melebih-lebihkan. Sekian dan

No comments:

Post a Comment

DZIKIR SETELAH SHOLAT

DZIKIR SETELAH SHOLAT   "Tidaklah sama  antara orang yang mau berdzikir pada Tuhannya dan yang tidak, seperti antara orang yang hidup d...